KISAH RAJA YAYATI
Resi Sukra adalah Guru dari Raja
Asura Warsaparwa. Dewayani putri Resi Sukra berteman dengan Sarmishta putri
Raja Warsaparwa. Pada suatu hari mereka dengan beberapa temannya mandi di
sungai. Mendadak angin besar bertiup yang membuat pakaian mereka mulai terbang.
Para gadis segera naik ke pinggir sungai mengejar pakaiannya dan segera pulang
sambil berlari. Tanpa sadar Dewayani bertukar baju dengan Sarmistha. Kemudian
terjadilah keributan, Dewayani menganggap Sarmishta tidak sopan karena seorang
asura mengapa berani memakai pakaian putri seorang brahmana. Padahal sang
brahmana, Resi Sukra adalah Guru dari raja asura. Karena dibimbing Resi
Sukralah maka kaum asura menjadi jaya. Sarmishta tidak menerima Dewayani
menghina ayahandanya dengan mengatakan, bahwa bagaimanapun ayahnyalah yang
memberi makan sang resi, sehingga sang resi dapat diibaratkan sebagai seorang
pengemis. Mereka adu mulut, dan karena angin bertambah besar Sarmistha berlari
duluan pulang. Sedangkan Dewayani yang berlari dalam keadaan angin yang bertiup
semakin kencang, kemudian terperosok masuk ke dalam sumur.
Pada hari itu Raja Yayati putra
Raja Nahusa sedang berburu. Dan, tanpa sadar sang raja mengendalikan
kudanya menjauh dari rombongannya. Ketika sampai pada sebuah sumur, dia
mendengar suara perempuan terisak-isak. Ditolongnya perempuan cantik tersebut
yang mengenalkan diri sebagai Dewayani, putri Resi Sukra. Ketika sang raja mau
pergi, Dewayani menangis. Dewayani mengatakan bahwa dia adalah seorang perawan
dan sang raja telah menolongnya keluar sumur dengan memegang tangan kanannya.
Sudah seharusnya sang raja menjadi suaminya. Raja Yayati bingung, Resi Sukra
adalah seorang mahaguru yang dihormati tiga dunia. Raja Asura Warsaparwa,
dirinya sebagai raja manusia dan Indra sebagai raja dewa pun menghormati
Resi Sukra. Sang raja berkata bahwa dia tidak berani menjadi suami Dewayani
sebelum Resi Sukra mengizinkannya. Sang Raja takut apabila Resi Sukra tidak
berkenan dia akan terkena kutukannya.
Ketika Sarmishta melaporkan
kejadian keributan antara dirinya dengan Dewayani kepada ayahnya, ayahnya khawatir
Resi Sukra tidak akan berkenan menjadi guru para asura lagi. Kemudian raja
Warsaparwa mengajak Sarmistha beserta seribu dayangnya diajak mendatangi rumah
Resi Sukra. Pada waktu itu Dewayani juga sedang melaporkan kejadian adu mulut
dengan Sarmistha kepada Resi Sukra. Sang raja berkata kepada Dewayani,
“Kekuatanku dan kekayaanku diperoleh atas bantuan Resi Sukra. Asura yang mati
dalam peperangan dihidupkan kembali oleh sang resi sehingga asura mengalami
kejayaan. Perintahkan kepadaku apa yang harus kulakukan agar Resi Sukra tetap
menjadi mahaguru kaum Asura.”
Selanjutnya, Dewayani meminta
agar Sarmishta beserta seribu dayangnya menjadi pelayan Dewayani dan mengikuti
kemana pun dia pergi. Ketika Sarmishta ditanya ayahandanya mengenai
kesanggupannya dalam menjalani perintah Dewayani, Sarmishta berkata,
“Sudah sewajarnya seseorang yang mendapat masalah harus mencari jalan keluar
penyelesaiannya. Akan tetapi pengorbanan ini dilakukan demi seorang raja yang
kebetulan menjadi ayahnya dan juga demi rakyat di kerajaan ayahandanya. Saya
patuh pada permintaan Dewayani.” Sejak saat itu Sarmishta dan seribu dayangnya
menjadi pelayan Dewayani.
Ketika Raja Yayati sedang berburu
lagi, dia bertemu kembali dengan Dewayani diiringi seorang gadis cantik yang
bernama Sarmishta beserta seribu dayangnya. Resi Sukra yang hadir di tempat itu
mengizinkan dirinya mengawini Dewayani, akan tetapi berpesan agar tidak
mengawini Sarmishta. Dan, Dewayani akhirnya menjadi istri Raja Yayati dan
tinggal di istana. Sarmistha beserta seribu dayangnya menjadi pelayan Dewayani
di istana.
Di halaman istana yang luas
Sarmishta dan seribu dayangnya melayani Dewayani yang telah menjadi istri raja
Yayati. Pada suatu hari kebetulan sang raja bertemu dengan Sarmishta di
halaman belakang istana. Dan, Sarmishta pun piawai dalam menarik perhatian sang
raja dengan menceritakan kejadian yang menimpanya. Bahwa sebetulnya Dewayani
yang duluan memakai pakaian dan keliru memakai pakaian dirinya. Kemudian
Sarmistha menceritakan bahwa Ayahandanya minta maaf kepada Resi Sukra dan
Dewayani. Dewayani kemudian meminta dia beserta dirinya menjadi pelayan ke
manapun Dewayani pergi. Hal tersebut dijalaninya dengan patuh demi raja yang
menjadi ayahandanya dan seluruh rakyat asura. Sang raja mendengarkan dan memperhatikan
Sarmistha yang cantik bercerita.
Raja Yayati terpesona oleh gaya
cerita Sarmishta. Terketuk oleh kebesaran jiwa Sarmishta, dirinya mengajak
Sarmishta kawin secara gandarwa. Pernikahan gandarwa adalah tradisi pernikahan
para kesatria zaman dahulu yang berdasarkan suka sama suka antara seorang pria
dan seorang wanita, tanpa ritual dan tanpa saksi. Akhirnya terjadilah
perkawinan gandarwa antara Raja Yayati dengan Sarmishta, putri raja Warsaparwa.
Dari Dewayani lahirlah dua putra Yadu dan Turwasu. Dan dari Sarmishta lahirlah
tiga putra Druhyu, Anu dan Puru.
Dulu sang raja takut mendapat
kutukan Resi Sukra bila menikahi Dewayani meminta sang raja untuk menikahinya,
sekarang ketakutan serupa muncul karena dirinya telah melanggar nasihat Resi
Sukra untuk tidak menikahi Sarmishta. Pada suatu hari, Dewayani pergi ke
halaman istana dan melihat tiga anak menjelang remaja yang tampan. Ditanyailah
mereka bertiga dan mereka menjawab, “Kami adalah putra Raja Yayati dan ibu kami
adalah Sarmishta.” Dewayani sangat terpukul. Dia ingat pada waktu waktu
remaja, ada murid ayahnya yang sangat tampan bernama Kaca. Sebagai anak remaja
tentu saja dia menyukai Kaca. Ketika Kaca telah menyelesaikan pelajaran dan
berniat pamit kepada Resi Sukra, dirinya minta agar Kaca mengawini dirinya.
Kaca menolak, karena dirinya belum dewasa dan lagi pula Dewayani adalah putri
gurunya yang sangat dihormatinya. Pada waktu itu Dewayani mengutuk Kaca bahwa
ilmunya tidak akan mencapai kesempurnaan. Akan tetapi Sang Kaca tidak takut,
karena dia memang bersih tanpa kesalahan. Bahkan Kaca balas mengutuk Dewayani
bahwa nantinya dirinya akan dimadu oleh budaknya. Dan kutukan tersebut kini
menjadi kenyataan.
Dewayani kemudian lapor kepada
Resi Sukra dan Resi Sukra berang dan mengutuk sang raja bahwa dirinya akan
cepat menua daripada seharusnya. Sang raja mohon agar kutukannya dicabut,
karena ketuaanya akan merugikan kerajaan dan juga istri-istrinya. Resi Sukra
berkata, “Kutukan tersebut bisa diwakili oleh salah seorang putramu. Hanya
pesanku, bila putramu bersedia berkorban dan kau masih ingin kemudaan, bila
masih dalam batas etika, nikmatilah dunia ini, nikmatilah sepenuhnya sampai
kamu merasa jenuh, sehingga obsesimu akan selesai dan tidak menggodamu lagi.
Semuanya terjadi menurut Kehendak-Nya dan bukan kehendak manusia. Kita semua
adalah alat-Nya belaka!”
Kepada Dewayani Resi Sukra
berkata, “Putriku, dulu kau minta aku menyetujui perkawinanmu dengan Yayati,
sekarang kau meminta aku mengutuk Yayati. Kau belum betul-betul mencintai
dirinya, kau baru mencintai egomu sendiri. Renungkanlah!” Dan, Dewayani
termenung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar