Raja
Bhagiratha (bag.3)
Amsumana, kakek Bhagiratha
berusaha mendatangkan Dewi Gangga ke bumi demi keselamatan para pitra,
leluhurnya, tetapi sampai maut datang menjemput, keinginannya belum tercapai.
Dilipa, putra Amsuman, ayahanda Bhagirata juga tidak berhasil membawa Dewi
Gangga ke bumi sampai akhir hayatnya. Bhagiratha, cucu Ansuman meninggalkan
kerajaannya kepada para menterinya dan bertekad untuk membawa Dewi Gangga ke
bumi untuk menyelamatkan para leluhurnya.
Pada suatu ketika, Bhagiratha
mendapat penglihatan tentang Dewi Gangga, “Dewi engkau lahir di kaki Narayana.
Ketika Wamana menapakkan kaki tiga langkah sewaktu peristiwa dengan Raja Bali,
kakinya dibersihkan tujuh resi dan Brahma menggunakan diri-Mu. Berkahi kami
dan rumah kami dengan diri-Mu.” Kemudian seakan-akan Bhagiratha mendapat
jawaban dari sang dewi, “Diriku menghormati upaya leluhurmu dalam beberapa
generasi untuk membawaku ke bumi. Akan tetapi kamu tidak mengetahui dampak yang
terjadi kala diriku turun ke bumi. Siapa yang kuat menahan kecepatanku?
Kemudian, mengapa pula aku harus turun ke bumi? Orang yang berdosa kala mandi
di airku akan bersih, dan dosa mereka tertinggal dalam diriku. Bagaimana
aku dibersihkan dari kotoran mereka?” Bhagiratha menjawab, “Duhai Dewi, para
resi suci, para penglihat agung, mereka telah melampaui perbudakan karma.
Mereka tidak punya pikiran selain Tuhan. Manakala mereka berendam di airmu
mereka akan membersihkanmu. Masalah kekuatanmu ketika turun ke bumi, kami akan
minta bantuan Mahadewa.”
Dewi Gangga jujur, air bersifat
mensucikan, tetapi setelah banyak orang kotor yang mandi bagaimana cara dia
membersihkan dirinya. Dirinya hanya memberikan vibrasi sesuai apa yang ada
dalam dirinya. Kesucian para suci itulah yang mengembalikan kesucian air. Oleh
karena itu manusia perlu waspada dalam melakukan ziarah atau tirtayatra. Banyak
orang yang setelah ziarah di tempat tertentu malah menjadi pedagang, karena
aura dagang meliputi tempat ziarah atau tirtayatra tersebut. Para sucilah yang
memberikan vibrasi kesucian, berada dekat para suci meningkatkan kesucian diri.
Bhagiratha melakukan tapa untuk
memperoleh bantuan Shiwa, Sang Mahadewa. Dan Mahadewa bersedia membantunya.
Dewi Gangga dengan sedikit kesombongan turun ke bumi dan airnya hilang ditahan
rambut Sang Mahadewa. Gangga tidak bisa lepas dari rambut Sang Mahadewa.
Setelah itu Gangga diturunkan dengan menetes agar tidak angkuh lagi. Gangga
kemudian membagi dalam tujuh aliran dan salah satu aliran mengikuti kereta
Bhagirata yang diarahkan menuju gua tempat para leluhurnya yang telah menjadi
debu. Dan, akhirnya tumpukan debu leluhurnya tersebut termurnikan.
Perjuangan membawa sungai Gangga
ke bumi memerlukan waktu yang panjang, hingga beberapa generasi. Demikian juga
perjuangan untuk memperoleh kesadaran bukan merupakan pekerjaan sambilan yang
mudah dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar