SUDEVA (bag.2)
Raja Iksvaku memerintah kerajaan
Ayodhya. Iksvaku memerintah dengan baik. Beliau raja yang jujur dan memuja
ajaran Veda dan brahmana.
Tersebutlah seorang raja dari
Kasi (Varanasi) bernama Vedaraja (Devarata) dan memiliki seorang putri bernama
Sudeva amat setia dan berbakti pada suaminya.
Suatu kali, Iksvaku dan Sudeva
pergi berburu. Sang Raja membunuh banyak singa, babi kuda dan kerbau.
Di hutan itu hiduplah sebuah
keluarga babi hutan. Babi jantan memberitahu yang betina.” Raja Iksvaku datang
untuk berburu ke hutan. Ia membawa banyak pemburu dan anjing pemburu. Sudah
pasti ia akan membunuhku.”
“Mengapa kita tidak berlari saja?”
Tanya yang betina.
“Memang kadang-kadang aku suka
berlari jika yang datang adalah pemburu biasa”kata yang jantan.”Pemburu biasa
adalah pendosa dan tidak ada untungnya mati di tangan mereka. Tapi kali ini
lain. Kali ini yang datang adalah raja Iksvaku. Aku ingin tinggal disini dan
bertarung melawannya. Jika aku menang maka nama dan kemasyuran ku akan abadi.
Dan jika aku kalah maka aku mati terhormat di tangan seorang raja besar seperti
Iksvaku. Aku tidak mau lari. Aku telah lahir sebagai babi karena babi karena
aku telah melakukan banyak dosa di kehidupan lampau. Jika aku mati maka
peliharalah keluarga kita.”
“Bagaimana kau bisa berkata seperti
itu?” Tanya yang betina. Kau adalah kepala keluarga. Padamulah keluarga ini
mencari perlindungan. Dari dirimulah mereka mempelajari cara hidup babi hutan.
Bagaimana aku bisa hidup jika kau mati? Kau adalah suamiku dan tempatku adalah
disisimu. Mari kita lari jauh-jauh. Aku ulangi tidak ada yang akan bisa
didapatkan dengan mati secara sia-sia.”
“Aku tidak bisa melarikan
diri”kata babi jantan.” Karena itu adalah sikap yang kurang jantan dan bagi
para pengecut seperti itu akan pergi ke neraka yang bernama Kumbhipaka.”
“Jika begitu halnya, maka aku
akan ikut menemanimu. Karena tempatku adalah disisimu” demikian sang istri itu
berseru. Dia kemudian memanggil putra tertuanya dan berkata” Ayahmu dan ibu
akan pergi. Jagalah adik-adikmu dan bersembunyilah di dalam gua karena raja
Iksvaku sedang berburu di sekitar sini.
“Bagaimana ibu bisa berkata
begitu?” Tanya putra yang tertua.”Kami adalah putra-putramu dan harus selalu
berada disisimu. Dan jika kami melupakan kalian maka kami akan pasti masuk
neraka yag bernama Maharoudra. Kami
tidak akan membiarkanmu pergi.”
Maka seluruh anggota keluarga
babi hutan tersebut menunggu kedatangan sang raja di bawah sebuah gua. Dan
mereka pun ditemukan di sana oleh para pemburu yang dibawa oleh sang raja. Para
pemburu menyerang babi hutan dengan berbagai senjata. Babi itu membalas
menyerang beberapa pemburu dengan taringnya hingga mereka terluka.
Iksavaku amat senang melihat
seekor babi yang begitu berani dan mendekati kuda sang raja. Namun babi ini
menyerang kuda itu dan membuat raja Iksavaku jatuh dari atas kudanya. Ini
membuat Iksavaku kesal dan memukul babi itu dengan gada beliau hingga babi itu
tewas. Ia tidak sanggup menahan kerasnya pukulan itu dan tersungkur tewas.
Sementara itu babi hutan betina
dan anak-anaknya sedang bersembunyi didalam gua. Sekarang babi jantan sudah
tewas, dan para pemburu mendekati gua itu untuk menangkap babi betina dan
anak-anaknya.
“Lari anak-anakku!” kata ibu
mereka” Aku akan berusaha menghalangi para prajurit ini. Aku berharap bisa
mempermainkan mereka cukup lama agar kalian bisa menyelamatkan diri.”
“Kami tidak bisa membiarkan hal
itu terjadi”jawab putra tertuanya” Aku adalah anak yang tertua. Sekarang ayahku
telah meninggal maka kewajibanku adalah melindungi kalian. Ibu selamatkan diri
ibu dan ketiga adikku. Aku akan tinggal di sini dan bertarung dengan para
prajurit itu.”
Sang ibu tidak bisa menerima hal
itu. Maka mereka berdua tinggal di sana untuk melakukan perawanan dengan para
prajurit itu. Sedangkan ketiga babi itu berlari untuk menyelamatkan diri. Babi
tertua bertarung dengan penuh keberanian , namun raja Iksavaku berhasil
membunuhnya dengan sebuah anak panah. Sedangkan babi yang betina sang ibu, juga
bertarung dengan sengit dan terluka oleh para prajurit Iksavaku. Namun Iksavaku
tidak mau membunuhnya.
“Mengapa anda tidak membunuh babi
yang betina? “ Tanya permaisuri Sudeva.
“Karena babi itu betina, membunuh
hewan betina atau seorang perempuan adalah dosa besar”jawab sang raja.
Diantara pasukan pemburu sang
raja, terdapatlah seorang pemburu bernama Jharjhara. Ia sama sekali tidak tahu
aturan moral, kejam sifatnya. Ia kemudian menebas tubuh babi betina itu dengan
pedangnya hingga babi itu jatuh pingsan. Dia tidak langsung mati melainkan
tergeletak berdarah.
Sudeva melihat keadaan babi
betina yang sangat menderita itu. Dia kemudian menuangkan sedikit air dingin di
mulut babi itu dan mengelap darah di tubuhnya yang penuh luka.
“Terima kasih permaisuri yang baik
hati”kata babi itu.” Dosa-dosaku telah dibersihkan oleh sentuhanmu. Aku berkati
agar kau selalu beruntung.”
Sudeva terkejut mendengar babi betina
itu yang tiba-tiba bisa berbicara”Siapakah sebenarnya dirimu?” Tanya sang
permaisuri” Dan siapa pula suamimu, yang telah bertarung dengan gagah berani
itu? Katakana lah kisah kalian.”
“Pertama aku akan menceritakan
tentang suamiku” kata babi betina itu. Babi jantan itu dulunya adalah seorang gandharva yang bernama Rangavidyadhara.
Dia adalah penyanyi terkenal di kahyangan.
Tersebutlah rsi Pulastya yang
mempunyai pertapaan di gunung Sumeru. Ghandharva
ini kemudian pergi ke sana dan bernyanyi . karena demikian indahnya nyanyian
itu hingga beliau tidak bisa berkonsentrasi pada meditasinya.
“Pergilah ke tempat lain”pinta
sang rsi” Jangan menyanyi di sini”
“Mengapa hamba harus pergi ke
tempat lain? Hamba hanya bernyanyi dan nyanyian hamba tidak merugikan atau
merusak orang lain. Bahkan lagu-lagu itu
membuat orang menjadi senang. Mengapa anda menentang nyanyian ?”
“Aku bukan tidak menyenangi
nyanyian dan aku tidak membenci suatu seni karena aku sadar seni itu mempunyai
manfaat tersendiri, namun nyanyian mu menggangguku dan membuatku sulit
berkonsentrasi. Itulah mengapa alasannya aku memintamu untuk pergi dan menyanyai di tempt lain.
“JIka anda tidak bisa
berkonsentrasi, itu adalah kekurangan dalam diri anda. Karena hamba tahu bahwa
mereka yang benar-benar khusuk bermeditasi, tidak akan terganggu oleh
apapun juga. Hutan ini bukan milik anda
, hamba berada disini sama seperti anda. Jika lagu hamba mengganggu anda maka
carilah tempat lain di mana anda dengan mudah bisa berkonsentrasi. “ Sang Rsi
berusaha mengendalikan amarahnya. Tanpa tawar menawar beliau langsung pergi.
Setelah beberapa hari Rangavidyadhara memperhatikan bahwa sang Rsi sudah tidak
ada lagi di tempat itu. Ia melihat sang Rsi sudah berada ditempat lain dan
membangun pertapaan disana.
Gandharva merasa senang mempermainkan sang rsi oleh karena itulah
ia mulai memakai wujud seekor babi hutan dan pergi ke pertapaan Rsi Pulastya.
Ia menggali tanah dengan kukunya dan menyerang sang rsi dengan taringnya. Sang
rsi memaafkan perbuatan babi hutan tersebut karena beliau menyadari babi hutan
tetaplah seekor hewan yang tidak memiliki sopan santun. Namun lebih jauh dengan
mata batinnya, beliau menyadari bahwa babi hutan itu tiada lain adalah gandharva itu yang menyamar. Maka
beliaupun mengutuk Rangavidyadara agar terlahir sebagai seekor babi.
Menyadari bahwa situasinya telah
tidak terkendali, maka gandharva itupun berlari kepada Indra dan menceritakan kisah
buruknya yang menimpanya”Mohon tolonglah hamba” demikian ia merengek pada raja
para dewa itu.” Hamba hanya melakukan kewajiban hamba. Sang Rsi melakukan
meditasi dan hasil dari tapasya tentu saja ia akan mendpatkan kekuatan yang
luar biasa. Siapa tahu, nanti ia menginginkan gelar sebagai Indra.”
“Aku tidak bisa membatalkan
kutukan para Rsi”jawab Indra” Aku hanya bisa mengurangi efeknya. Jika dalam
wujud seekor babi, kau dibunuh oleh raja Iksvaku, maka kau akan menjadi
Gandharva sekali lagi.
“Sekarang beritahu aku tentang
kisahmu” pinta sang permaisuri. Terdapatlah, sebuah kota bernama Sripura dan
seorang rahmana bernama Vasudatta tinggal disana. Vasudatta memiliki seorang
putri bernama Sudeva. (Sudeva yang ini tentu bukan Sudeva istri Iksvaku).
Vasudatta adalah seorang brahmana
yang baik hati. Ia mempelajari Veda-Veda dan melakukan berbagai ritual agama.
Hanya salah satu kesalahannya yaitu ia terlalu mencintai putrinya. Sudeva
sebenarnya telah dewasa, namun Vasudatta tidak berusaha mencarikan jodoh untuk
putrinya itu. Banyak brahmana yang datang meminang Sudeva, namun Vasudatta
menolak mereka semua.
“ Apa yang kau lakukan. Mengapa
kau tidak mau menikahkan putrimu?” demikian istinya memprotes Vasudatta.
“Aku mencari seorang brahmana
yang mau menikahi Sudeva dan tinggal bersama kita” jawab Vasudatta.” Aku sangat
menyayangi Sudeva dan aku mau melepasnya menjadi menantu orang lain.
Sebaliknya, menantuku yang harus tinggal bersama dengan kita.
Setelah beberapa waktu berlalu,
datanglah seorang brahmana yang bernama Sivasarma untuk mengunjungi Vasudatta.
Ia amat mahir dalam ilmu sastra, lebih penting lagi ia tidak memiliki orang
tua. Satu-satunya kerabat yang ia miliki adalah keempat saudaranya yang tinggal
entah dimana. Ia sendiri tidak mengetahuinya. Vasudata memastikan bahwa
Sivasarma tidak akan membantah jika ia dikawinkan dengan Sudeva dan tinggal
bersama. Maka perkawinan pun dilangsungkan.
Namun sayang sekali, Sudeva
terlalu dimanjakan oleh ayahnya. Dia tidak pernah memahami bagaimana
menghormati seorang suami. Ayahnya adalah brahmana yang kaya, sedangkan
Sivasarma adalah brahmana yang sangat miskin. Sudeva memperlakukan suaminya
dengan tidak hormat, menghina bahakan mencela suaminya. Karena cintanya pada
Sudeva maka Sivasarma menahan semua penghinaan itu. Maka suatu hari karena
tidak tahan lagi dengan perlakuan itu, Sivasarma meninggalkan rumah mertuanya
tanpa sepengetahuan mereka.
“Ini sungguh sebuah bencana
besar” demikian kata Vasudatta pada istrinya.” Kita memiliki seorang menantu
yang amat baik dan kini ia telah meninggalakan kita karena pelakuan yang yang
tidak benar dari putri kita. Ini sangat naïf. Aku ingin membuang Sudeva dari
rumah ini.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar