Rabu, 06 Juni 2018

PADMA PURANA

SUDEVA (bag.2)

Raja Iksvaku memerintah kerajaan Ayodhya. Iksvaku memerintah dengan baik. Beliau raja yang jujur dan memuja ajaran Veda dan brahmana.

Tersebutlah seorang raja dari Kasi (Varanasi) bernama Vedaraja (Devarata) dan memiliki seorang putri bernama Sudeva amat setia dan berbakti pada suaminya.

Suatu kali, Iksvaku dan Sudeva pergi berburu. Sang Raja membunuh banyak singa, babi kuda dan kerbau.

Di hutan itu hiduplah sebuah keluarga babi hutan. Babi jantan memberitahu yang betina.” Raja Iksvaku datang untuk berburu ke hutan. Ia membawa banyak pemburu dan anjing pemburu. Sudah pasti ia akan membunuhku.”

“Mengapa kita tidak berlari saja?” Tanya yang betina.
“Memang kadang-kadang aku suka berlari jika yang datang adalah pemburu biasa”kata yang jantan.”Pemburu biasa adalah pendosa dan tidak ada untungnya mati di tangan mereka. Tapi kali ini lain. Kali ini yang datang adalah raja Iksvaku. Aku ingin tinggal disini dan bertarung melawannya. Jika aku menang maka nama dan kemasyuran ku akan abadi. Dan jika aku kalah maka aku mati terhormat di tangan seorang raja besar seperti Iksvaku. Aku tidak mau lari. Aku telah lahir sebagai babi karena babi karena aku telah melakukan banyak dosa di kehidupan lampau. Jika aku mati maka peliharalah keluarga kita.”

“Bagaimana kau bisa berkata seperti itu?” Tanya yang betina. Kau adalah kepala keluarga. Padamulah keluarga ini mencari perlindungan. Dari dirimulah mereka mempelajari cara hidup babi hutan. Bagaimana aku bisa hidup jika kau mati? Kau adalah suamiku dan tempatku adalah disisimu. Mari kita lari jauh-jauh. Aku ulangi tidak ada yang akan bisa didapatkan dengan mati secara sia-sia.”

“Aku tidak bisa melarikan diri”kata babi jantan.” Karena itu adalah sikap yang kurang jantan dan bagi para pengecut seperti itu akan pergi ke neraka yang bernama Kumbhipaka.”

“Jika begitu halnya, maka aku akan ikut menemanimu. Karena tempatku adalah disisimu” demikian sang istri itu berseru. Dia kemudian memanggil putra tertuanya dan berkata” Ayahmu dan ibu akan pergi. Jagalah adik-adikmu dan bersembunyilah di dalam gua karena raja Iksvaku sedang berburu di sekitar sini.

“Bagaimana ibu bisa berkata begitu?” Tanya putra yang tertua.”Kami adalah putra-putramu dan harus selalu berada disisimu. Dan jika kami melupakan kalian maka kami akan pasti masuk neraka yag bernama Maharoudra. Kami tidak akan membiarkanmu pergi.”

Maka seluruh anggota keluarga babi hutan tersebut menunggu kedatangan sang raja di bawah sebuah gua. Dan mereka pun ditemukan di sana oleh para pemburu yang dibawa oleh sang raja. Para pemburu menyerang babi hutan dengan berbagai senjata. Babi itu membalas menyerang beberapa pemburu dengan taringnya hingga mereka terluka.

Iksavaku amat senang melihat seekor babi yang begitu berani dan mendekati kuda sang raja. Namun babi ini menyerang kuda itu dan membuat raja Iksavaku jatuh dari atas kudanya. Ini membuat Iksavaku kesal dan memukul babi itu dengan gada beliau hingga babi itu tewas. Ia tidak sanggup menahan kerasnya pukulan itu dan tersungkur tewas.

Sementara itu babi hutan betina dan anak-anaknya sedang bersembunyi didalam gua. Sekarang babi jantan sudah tewas, dan para pemburu mendekati gua itu untuk menangkap babi betina dan anak-anaknya.

“Lari anak-anakku!” kata ibu mereka” Aku akan berusaha menghalangi para prajurit ini. Aku berharap bisa mempermainkan mereka cukup lama agar kalian bisa menyelamatkan diri.”

“Kami tidak bisa membiarkan hal itu terjadi”jawab putra tertuanya” Aku adalah anak yang tertua. Sekarang ayahku telah meninggal maka kewajibanku adalah melindungi kalian. Ibu selamatkan diri ibu dan ketiga adikku. Aku akan tinggal di sini dan bertarung dengan para prajurit itu.”

Sang ibu tidak bisa menerima hal itu. Maka mereka berdua tinggal di sana untuk melakukan perawanan dengan para prajurit itu. Sedangkan ketiga babi itu berlari untuk menyelamatkan diri. Babi tertua bertarung dengan penuh keberanian , namun raja Iksavaku berhasil membunuhnya dengan sebuah anak panah. Sedangkan babi yang betina sang ibu, juga bertarung dengan sengit dan terluka oleh para prajurit Iksavaku. Namun Iksavaku tidak mau membunuhnya.

“Mengapa anda tidak membunuh babi yang betina? “ Tanya permaisuri Sudeva.
“Karena babi itu betina, membunuh hewan betina atau seorang perempuan adalah dosa besar”jawab sang raja.

Diantara pasukan pemburu sang raja, terdapatlah seorang pemburu bernama Jharjhara. Ia sama sekali tidak tahu aturan moral, kejam sifatnya. Ia kemudian menebas tubuh babi betina itu dengan pedangnya hingga babi itu jatuh pingsan. Dia tidak langsung mati melainkan tergeletak berdarah.

Sudeva melihat keadaan babi betina yang sangat menderita itu. Dia kemudian menuangkan sedikit air dingin di mulut babi itu dan mengelap darah di tubuhnya yang penuh luka.

“Terima kasih permaisuri yang baik hati”kata babi itu.” Dosa-dosaku telah dibersihkan oleh sentuhanmu. Aku berkati agar kau selalu beruntung.”

Sudeva terkejut mendengar babi betina itu yang tiba-tiba bisa berbicara”Siapakah sebenarnya dirimu?” Tanya sang permaisuri” Dan siapa pula suamimu, yang telah bertarung dengan gagah berani itu? Katakana lah kisah kalian.”

“Pertama aku akan menceritakan tentang suamiku” kata babi betina itu. Babi jantan itu dulunya adalah seorang gandharva yang bernama Rangavidyadhara. Dia adalah penyanyi terkenal di kahyangan.

Tersebutlah rsi Pulastya yang mempunyai pertapaan di gunung Sumeru. Ghandharva ini kemudian pergi ke sana dan bernyanyi . karena demikian indahnya nyanyian itu hingga beliau tidak bisa berkonsentrasi pada meditasinya.

“Pergilah ke tempat lain”pinta sang rsi” Jangan menyanyi di sini”

“Mengapa hamba harus pergi ke tempat lain? Hamba hanya bernyanyi dan nyanyian hamba tidak merugikan atau merusak  orang lain. Bahkan lagu-lagu itu membuat orang menjadi senang. Mengapa anda menentang nyanyian ?”

“Aku bukan tidak menyenangi nyanyian dan aku tidak membenci suatu seni karena aku sadar seni itu mempunyai manfaat tersendiri, namun nyanyian mu menggangguku dan membuatku sulit berkonsentrasi. Itulah mengapa alasannya aku memintamu untuk pergi  dan menyanyai di tempt lain.

“JIka anda tidak bisa berkonsentrasi, itu adalah kekurangan dalam diri anda. Karena hamba tahu bahwa mereka yang benar-benar khusuk bermeditasi, tidak akan terganggu oleh apapun  juga. Hutan ini bukan milik anda , hamba berada disini sama seperti anda. Jika lagu hamba mengganggu anda maka carilah tempat lain di mana anda dengan mudah bisa berkonsentrasi. “ Sang Rsi berusaha mengendalikan amarahnya. Tanpa tawar menawar beliau langsung pergi. Setelah beberapa hari Rangavidyadhara memperhatikan bahwa sang Rsi sudah tidak ada lagi di tempat itu. Ia melihat sang Rsi sudah berada ditempat lain dan membangun pertapaan disana.

Gandharva merasa senang mempermainkan sang rsi oleh karena itulah ia mulai memakai wujud seekor babi hutan dan pergi ke pertapaan Rsi Pulastya. Ia menggali tanah dengan kukunya dan menyerang sang rsi dengan taringnya. Sang rsi memaafkan perbuatan babi hutan tersebut karena beliau menyadari babi hutan tetaplah seekor hewan yang tidak memiliki sopan santun. Namun lebih jauh dengan mata batinnya, beliau menyadari bahwa babi hutan itu tiada lain adalah gandharva itu yang menyamar. Maka beliaupun mengutuk Rangavidyadara agar terlahir sebagai seekor babi.

Menyadari bahwa situasinya telah tidak terkendali, maka gandharva itupun berlari kepada Indra dan menceritakan kisah buruknya yang menimpanya”Mohon tolonglah hamba” demikian ia merengek pada raja para dewa itu.” Hamba hanya melakukan kewajiban hamba. Sang Rsi melakukan meditasi dan hasil dari tapasya tentu saja ia akan mendpatkan kekuatan yang luar biasa. Siapa tahu, nanti ia menginginkan gelar sebagai Indra.”

“Aku tidak bisa membatalkan kutukan para Rsi”jawab Indra” Aku hanya bisa mengurangi efeknya. Jika dalam wujud seekor babi, kau dibunuh oleh raja Iksvaku, maka kau akan menjadi Gandharva sekali lagi.

“Sekarang beritahu aku tentang kisahmu” pinta sang permaisuri. Terdapatlah, sebuah kota bernama Sripura dan seorang rahmana bernama Vasudatta tinggal disana. Vasudatta memiliki seorang putri bernama Sudeva. (Sudeva yang ini tentu bukan Sudeva istri Iksvaku).

Vasudatta adalah seorang brahmana yang baik hati. Ia mempelajari Veda-Veda dan melakukan berbagai ritual agama. Hanya salah satu kesalahannya yaitu ia terlalu mencintai putrinya. Sudeva sebenarnya telah dewasa, namun Vasudatta tidak berusaha mencarikan jodoh untuk putrinya itu. Banyak brahmana yang datang meminang Sudeva, namun Vasudatta menolak mereka semua.

“ Apa yang kau lakukan. Mengapa kau tidak mau menikahkan putrimu?” demikian istinya memprotes Vasudatta.

“Aku mencari seorang brahmana yang mau menikahi Sudeva dan tinggal bersama kita” jawab Vasudatta.” Aku sangat menyayangi Sudeva dan aku mau melepasnya menjadi menantu orang lain. Sebaliknya, menantuku yang harus tinggal bersama dengan kita.

Setelah beberapa waktu berlalu, datanglah seorang brahmana yang bernama Sivasarma untuk mengunjungi Vasudatta. Ia amat mahir dalam ilmu sastra, lebih penting lagi ia tidak memiliki orang tua. Satu-satunya kerabat yang ia miliki adalah keempat saudaranya yang tinggal entah dimana. Ia sendiri tidak mengetahuinya. Vasudata memastikan bahwa Sivasarma tidak akan membantah jika ia dikawinkan dengan Sudeva dan tinggal bersama. Maka perkawinan pun dilangsungkan.

Namun sayang sekali, Sudeva terlalu dimanjakan oleh ayahnya. Dia tidak pernah memahami bagaimana menghormati seorang suami. Ayahnya adalah brahmana yang kaya, sedangkan Sivasarma adalah brahmana yang sangat miskin. Sudeva memperlakukan suaminya dengan tidak hormat, menghina bahakan mencela suaminya. Karena cintanya pada Sudeva maka Sivasarma menahan semua penghinaan itu. Maka suatu hari karena tidak tahan lagi dengan perlakuan itu, Sivasarma meninggalkan rumah mertuanya tanpa sepengetahuan mereka.

“Ini sungguh sebuah bencana besar” demikian kata Vasudatta pada istrinya.” Kita memiliki seorang menantu yang amat baik dan kini ia telah meninggalakan kita karena pelakuan yang yang tidak benar dari putri kita. Ini sangat naïf. Aku ingin membuang Sudeva dari rumah ini.”

“Itu tidak adil” jawab istrinya.” Kaulah yang terlalu memanjakan putrimu. Orang bijak mengatakan bahwa seorang anak dibesarkan dengan cinta pada umur di bawah lima tahun. Setelah itu saatnya dia harus ditempa. Dan jika setelah umur itu kau mengabaikan tempaanya maka dia akan menjadi anak yang manja. Para bijak juga mengatakan bahwa seorang anak putri harus ada dalam pengawasan orang tuanya hingga umurnya delapan belas tahun. Setelah itu, maka sudah waktunya ia dinikahkan. Dan si anak itu harus pergi dengan suaminya. Putri dan menantu sang ayah tidak boleh tinggal dirumah mertuanya. Apakah kau tidak ingat kisah sang Ugrasena?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  JARASANDHA Kamsa menikah dengan dua putrid Jarasandha. Anak-anak perempuan Jarasandha ini adalah Asti dan Prapti. Mendengar bahwa Krishn...