Sabtu, 02 Juni 2018

BRAHMA PURANA

PIPPALADA 

        Bertahun-tahun yang lalu ada seorang rsi yang bernama Dadhici. Istrinya adalah Lopamudra. Pertapaan rsi ini tepat disamping sungai Ganga. Saudara perempuan sang rsi juga tinggal disana, namanya Gabhastini. Begitu hebatnya kekuatan rsi Dadhici hingga para daitya dan danava tidak berani menampakan kaki di pertapaan itu.
Para dewa yang pernah bertarung melawan para daitya dan berhasil mengalahkan mereka setelah perang itu selesai, memberi penghormatan kepada Dadhici. Dadhici kemudian menyambut para tamunya dan ingin mengetahui mengapa mereka melakukan penghormatan itu.
Terima kasih atas berkat anda, kami baik baik-baik saja” sabda para dewa. “ Kami baru saja mengalahkan para daitya dlam sebuah perang. Kami memiliki sedikit kesulitan. Sekarang kami tidak memerlukan senjata-senjata itu karena para raksasa telah lari. Kami tidak tahu tempat yang aman untuk menyimpan semua senjata ini. Kami berkeliling barangkali di asrama anda ini adalah satu-saunya tempat yang aman yang bisa kami temukan.
Dadhici menyetujui usul itu. Dan para dewa kemudian menaruh sentaja-senjata itu di dalam pertapaan itu dan kembali ke surga.
Ketika Lopamudra mendengar tentang apa yang dilakukan oleh Dadhichi, suaminya, dia sama sekali tidak menyenangi ide itu.” Kau telah melakukan sesuatu paling tidak benar, paling tidak patut?” demikian katanya.” Seseorang tidak boleh menerima tanggung jawab atas hak milik orang lain, terutama jiika adalah seorang pertapa dan tidak memiliki apapun selain miliknya. Apalagi kau telah setuju untuk menyimpan senjata senjata para dewa. Tidakkan ini berarti bahwa mereka yang menjadi musuh para dewa juga akan menganggapmu musuhnya juga? Dan apa yang kau lakukan jika terjadi sesuatu pada senjata-senjata itu? Tidakkah para dewa akan menyalahkanmu?”
“Aku mengerti maksudmu. Tapi aku tidak memikirkan hal itu sebelumnya. Dan aku telah terlanjur menyetujuinya. Aku tidak bisa melanggar persetujuan itu.”
Seratus tahun telah berlalu. Namun para dewa belum kembali untuk mengambil senjata-senjata itu. Senjata-senjata itu mulai mulai kehilangan ketajamannya. Dadhici tidak tahu bagaimana mengawetkan keampuhan senjata-senjata itu . ia kemudian menyuci semua senjata-senjata itu di air suci dan tanpa disadarinya kekuatan senjata itu larut dalam air. Dadhici kemudian meminum air itu. Sedangkan semua senjata itu sendiri semuanya sirna begitu kekuatannya larut dalam air.
Akhirnya datanglah para dewa untuk meminta semua senjata mereka. “ Bisa kami minta kembali senjata-senjata kami?” Tanya mereka” Musuh-musuh kami menjadi kuat lagi maka kami membutuhkan senjata itu lagi.”
“Itu bisa saja, tapi semua senjata itu tidak lagi ada di sini. Aku telah menelan kekuatan senjata itu. Aku akan memberi tahu kalian, apa yang bisa kalian perbuat. Aku akan menggunakan kekuatan meditasiku untuk mengakhiri hidupku. Lalu senjata yang maha luar biasa bisa dibuat dari tulang-tulangku.”
Para dewa menjadi amat terkejut , namun mereka tidak punya pilihan lain. Dadhici kemudian meninggal dan para dewa meminta Visvakarma untuk membuat senjata dari tulang tulang rsi Dadhici. Visvakarma mulai menyusunnya dan senjata baru bernama Vajra yang berhasil di buatnya memang maha luar biasa.
Sementara itu Lopamudra, istri rsi Dadhici sedang sedang tidak ada ditempat itu ketika semua peristiwa itu sedang terjadi. Dan ketika kembali dia melihat suaminya telah meninggal. Dia menjadi amat sedih hingga memutuskan untuk membakar dirinya didalam kobaran api. Tapi kebetulan pada saat itu dia sedang hamil, hingga ini tidak dilakukannya saat itu. Saat bayinya telah lahir, dia kemudian membunuh dirinya di dalam kobaran api, setelah menyerahkan bayi itu pada sebuah pohon pippala untuk dipeliharanya.
Karena yang merawat bayi itu adalah pohon pippala maka anak itu kemudian bernama Pippalada. Candra adlah penguasa jenis pohon. Pepohonan lain kemudian meminta Candra untuk memberikan amrta pada Pippalada dan Candra kemudian melakukannya. Dan amrta itu membuat Pippalada menjadi amat kuat.
Ketika Pippalada tumbuh dewasa, ia menanyakan tentang orang tuanya dan pepohonannnya memberitahukannyasemua tentang orang tua nya. Pippalada menyalahkan para dewa atas kematian kedua orang tuanya dan memutuskan untuk membalas dendam. Pepohonan yang merawatnya kemudian membawanya kepada Candra.
“ Kau masih muda. Pertama-tama kau harus terpelajar dan mahir dalam mengggunakan berbagai senjata. Pergilah ke hutan Dandakaranya. Sungai Gautami Ganga mengalir melalui hutan ini. Berdoalah kepada Siva disana dan aku yakin pemintaan akan terkabulkan”demikian kata Candra, penguasa segala tanaman.
Akhirnya Pippalada berhasil membuat dewa Siva berkenan dengan doa-doanya.” Anugrah apa yang kau minta?” Tanya beliau. “ Hamba ingin mendapat anugrah agar hamba bisa menghacurkan para dewa” jawab Pippalada.
“Aku memiliki mata ketiga di tengah dahiku, saat dimana kau bisa melihat mata ketiga dewa Siva. Oleh karena itu Pippalada kemudian melakukan tapa lebih berat lagi dan dalam waktu yang lebih lama. Akhirnya ia berhasil melihat mata ketiga dewa Siva. Dan dari mata ketiga dewa Siva itu lahirlah seorang raksasa yang tampak seperti seekor kuda betina.
“Apa yang kau inginkan “Tanya Raksasa itu pada Pippalada. “ Bunuh musuh-musuhku yaitu para dewa?” jawabnya. Namun tiba-tiba raksasa itu menyerang Pippalada “ Apa yang kau lakukan ?” Tanya Pippalada”Mengapa kau berusaha membunuhku? Aku menyuruhmu untuk membunuh para Dewa.”
“Tapi tumbuhmu diciptakan oleh para dewa oleh karena itu aku akan membunuhmu terlebih dahulu” jawabsang raksasa. Pippalada kemudian berlari kepada Siva untuk meminta perlindungan. Selanjutnya Siva kemudian menandai sebuah wilayah di hutan untuk Pippalada. Di sana raksasa itu tidak diijinkan menginjakkan kakinya disana. Pipplada kemudian tinggal disana dengan tenang., terlindung dari keganasan sang raksasa itu. Sedangkan para dewa meminta Siva untuk melindungi mereka. Kemudian siva membujuk Pippalada untuk mengendalikan amarahnya. Ia meyakinkan Pippalada bahwa tidak ada yang akan bisa didapatkan dengan membunuh para dewa. Hal itu tidak akan bisa mengembalikan kedua orang tuanya.
Pippaladapun setuju. Namun ia meminta untuk bisa bertemu dengan kedua orang tuanya terlebih dahulu. Maka segera saja, sebuah Vimana (kereta anggkasa) turun dari surga yang diatasnya duduklah Dadhici dan Lopamudra. Mereka memberkati Pipplada dan meminta putranya itu untuk menikah dan mempunyai keturunan.
Sedangkan raksasa ganas itu kemudian menjadi sebuah sungai dan bermuara bersama dengan sungai Ganga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  JARASANDHA Kamsa menikah dengan dua putrid Jarasandha. Anak-anak perempuan Jarasandha ini adalah Asti dan Prapti. Mendengar bahwa Krishn...