PIPPALADA
Bertahun-tahun yang lalu ada seorang rsi yang bernama Dadhici. Istrinya adalah Lopamudra. Pertapaan rsi ini tepat disamping sungai Ganga. Saudara perempuan sang rsi juga tinggal disana, namanya Gabhastini. Begitu hebatnya kekuatan rsi Dadhici hingga para daitya dan danava tidak berani menampakan kaki di pertapaan itu.
Para dewa yang pernah bertarung melawan para daitya dan berhasil mengalahkan mereka setelah perang itu selesai, memberi penghormatan kepada Dadhici. Dadhici kemudian menyambut para tamunya dan ingin mengetahui mengapa mereka melakukan penghormatan itu.
Bertahun-tahun yang lalu ada seorang rsi yang bernama Dadhici. Istrinya adalah Lopamudra. Pertapaan rsi ini tepat disamping sungai Ganga. Saudara perempuan sang rsi juga tinggal disana, namanya Gabhastini. Begitu hebatnya kekuatan rsi Dadhici hingga para daitya dan danava tidak berani menampakan kaki di pertapaan itu.
Para dewa yang pernah bertarung melawan para daitya dan berhasil mengalahkan mereka setelah perang itu selesai, memberi penghormatan kepada Dadhici. Dadhici kemudian menyambut para tamunya dan ingin mengetahui mengapa mereka melakukan penghormatan itu.
Terima kasih
atas berkat anda, kami baik baik-baik saja” sabda para dewa. “ Kami baru saja
mengalahkan para daitya dlam sebuah perang. Kami memiliki sedikit kesulitan.
Sekarang kami tidak memerlukan senjata-senjata itu karena para raksasa telah
lari. Kami tidak tahu tempat yang aman untuk menyimpan semua senjata ini. Kami
berkeliling barangkali di asrama anda ini adalah satu-saunya tempat yang aman
yang bisa kami temukan.
Dadhici
menyetujui usul itu. Dan para dewa kemudian menaruh sentaja-senjata itu di
dalam pertapaan itu dan kembali ke surga.
Ketika Lopamudra
mendengar tentang apa yang dilakukan oleh Dadhichi, suaminya, dia sama sekali
tidak menyenangi ide itu.” Kau telah melakukan sesuatu paling tidak benar,
paling tidak patut?” demikian katanya.” Seseorang tidak boleh menerima tanggung
jawab atas hak milik orang lain, terutama jiika adalah seorang pertapa dan
tidak memiliki apapun selain miliknya. Apalagi kau telah setuju untuk menyimpan
senjata senjata para dewa. Tidakkan ini berarti bahwa mereka yang menjadi musuh
para dewa juga akan menganggapmu musuhnya juga? Dan apa yang kau lakukan jika
terjadi sesuatu pada senjata-senjata itu? Tidakkah para dewa akan
menyalahkanmu?”
“Aku mengerti
maksudmu. Tapi aku tidak memikirkan hal itu sebelumnya. Dan aku telah terlanjur
menyetujuinya. Aku tidak bisa melanggar persetujuan itu.”
Seratus tahun
telah berlalu. Namun para dewa belum kembali untuk mengambil senjata-senjata
itu. Senjata-senjata itu mulai mulai kehilangan ketajamannya. Dadhici tidak
tahu bagaimana mengawetkan keampuhan senjata-senjata itu . ia kemudian menyuci
semua senjata-senjata itu di air suci dan tanpa disadarinya kekuatan senjata
itu larut dalam air. Dadhici kemudian meminum air itu. Sedangkan semua senjata
itu sendiri semuanya sirna begitu kekuatannya larut dalam air.
Akhirnya
datanglah para dewa untuk meminta semua senjata mereka. “ Bisa kami minta
kembali senjata-senjata kami?” Tanya mereka” Musuh-musuh kami menjadi kuat lagi
maka kami membutuhkan senjata itu lagi.”
“Itu bisa saja,
tapi semua senjata itu tidak lagi ada di sini. Aku telah menelan kekuatan
senjata itu. Aku akan memberi tahu kalian, apa yang bisa kalian perbuat. Aku
akan menggunakan kekuatan meditasiku untuk mengakhiri hidupku. Lalu senjata
yang maha luar biasa bisa dibuat dari tulang-tulangku.”
Para dewa
menjadi amat terkejut , namun mereka tidak punya pilihan lain. Dadhici kemudian
meninggal dan para dewa meminta Visvakarma untuk membuat senjata dari tulang
tulang rsi Dadhici. Visvakarma mulai menyusunnya dan senjata baru bernama Vajra
yang berhasil di buatnya memang maha luar biasa.
Sementara itu
Lopamudra, istri rsi Dadhici sedang sedang tidak ada ditempat itu ketika semua
peristiwa itu sedang terjadi. Dan ketika kembali dia melihat suaminya telah
meninggal. Dia menjadi amat sedih hingga memutuskan untuk membakar dirinya didalam
kobaran api. Tapi kebetulan pada saat itu dia sedang hamil, hingga ini tidak
dilakukannya saat itu. Saat bayinya telah lahir, dia kemudian membunuh dirinya
di dalam kobaran api, setelah menyerahkan bayi itu pada sebuah pohon pippala
untuk dipeliharanya.
Karena yang
merawat bayi itu adalah pohon pippala maka anak itu kemudian bernama Pippalada.
Candra adlah penguasa jenis pohon. Pepohonan lain kemudian meminta Candra untuk
memberikan amrta pada Pippalada dan
Candra kemudian melakukannya. Dan amrta itu membuat Pippalada menjadi amat
kuat.
Ketika Pippalada
tumbuh dewasa, ia menanyakan tentang orang tuanya dan pepohonannnya
memberitahukannyasemua tentang orang tua nya. Pippalada menyalahkan para dewa
atas kematian kedua orang tuanya dan memutuskan untuk membalas dendam.
Pepohonan yang merawatnya kemudian membawanya kepada Candra.
“ Kau masih
muda. Pertama-tama kau harus terpelajar dan mahir dalam mengggunakan berbagai
senjata. Pergilah ke hutan Dandakaranya. Sungai Gautami Ganga mengalir melalui
hutan ini. Berdoalah kepada Siva disana dan aku yakin pemintaan akan
terkabulkan”demikian kata Candra, penguasa segala tanaman.
Akhirnya
Pippalada berhasil membuat dewa Siva berkenan dengan doa-doanya.” Anugrah apa
yang kau minta?” Tanya beliau. “ Hamba ingin mendapat anugrah agar hamba bisa
menghacurkan para dewa” jawab Pippalada.
“Aku memiliki
mata ketiga di tengah dahiku, saat dimana kau bisa melihat mata ketiga dewa
Siva. Oleh karena itu Pippalada kemudian melakukan tapa lebih berat lagi dan
dalam waktu yang lebih lama. Akhirnya ia berhasil melihat mata ketiga dewa
Siva. Dan dari mata ketiga dewa Siva itu lahirlah seorang raksasa yang tampak
seperti seekor kuda betina.
“Apa yang kau
inginkan “Tanya Raksasa itu pada Pippalada. “ Bunuh musuh-musuhku yaitu para
dewa?” jawabnya. Namun tiba-tiba raksasa itu menyerang Pippalada “ Apa yang kau
lakukan ?” Tanya Pippalada”Mengapa kau berusaha membunuhku? Aku menyuruhmu
untuk membunuh para Dewa.”
“Tapi tumbuhmu
diciptakan oleh para dewa oleh karena itu aku akan membunuhmu terlebih dahulu”
jawabsang raksasa. Pippalada kemudian berlari kepada Siva untuk meminta
perlindungan. Selanjutnya Siva kemudian menandai sebuah wilayah di hutan untuk
Pippalada. Di sana raksasa itu tidak diijinkan menginjakkan kakinya disana.
Pipplada kemudian tinggal disana dengan tenang., terlindung dari keganasan sang
raksasa itu. Sedangkan para dewa meminta Siva untuk melindungi mereka. Kemudian
siva membujuk Pippalada untuk mengendalikan amarahnya. Ia meyakinkan Pippalada
bahwa tidak ada yang akan bisa didapatkan dengan membunuh para dewa. Hal itu
tidak akan bisa mengembalikan kedua orang tuanya.
Pippaladapun
setuju. Namun ia meminta untuk bisa bertemu dengan kedua orang tuanya terlebih
dahulu. Maka segera saja, sebuah Vimana (kereta anggkasa) turun dari surga yang
diatasnya duduklah Dadhici dan Lopamudra. Mereka memberkati Pipplada dan
meminta putranya itu untuk menikah dan mempunyai keturunan.
Sedangkan
raksasa ganas itu kemudian menjadi sebuah sungai dan bermuara bersama dengan
sungai Ganga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar