Jumat, 01 Juni 2018

BRAHMA PURANA

NAGESVARA

Ada sebuah kota yang bernama Pratisthana. Seorang raja bernama Surasena memerintah di sana. Surasena tidak memiliki seorang anakpun. Setelah berusaha keras maka lahirlah seorang anaknya. Namun anaknya itu berupa seekor  ular. Raja dan permaisurinya merana oleh peristiwa ini. Namun mereka membesarkan anak itu dengan penuh kasih sayang. Tidak seorangpun tahu kalau pangeran itu adalah seekor ular.
Ketika perlahan-lahan pangeran itu tumbuh membesar, ia mulai berbicara seperti manusia, meskipun ia adalah seekor ular. Surasena kemudian menyiapkan pendidikan untuk putranya. Setelah pangeran itu menjadi terpelajar dalam pengetahuan Veda maka ia memberitahu ayahandanya.” Ayah, sudah waktunya aku menikah. Jika aku tidak punya keturunan maka aku pasti akan masuk neraka.”
Raja Surasena sangat terkejut mendengar kata-katanya itu.” Bagaimana hal itu bisa terjadi? Putri mana yang setuju untuk menikah dengan seekor ular?”
“Aku tidak peduli dengan hal itu. Yang aku tahu bahwa bila aku tidak menikah maka aku akan lebih baik bunuh diri. Ada banyak jenis perkawinan yang disahkan. Mungkin saja putri itu di culik lalu dinikahkan denganku.
Surasena kemudian memanggil para menterinya dan memberitahu mereka,” Putraku Nagesvara kini telah cukup dewasa. Ia juga telah pantas untuk menaiki tahta kerajaan. Tidak ada yang menyamainya dalam hal kehebatan di dunia ini, di surga ataupun alam bawah. Aku telah semakin tua. Tolong siapkanlah perkawinannya. Lalu aku akan meningggalkan kerajaan ini dan pergi beristirahat di dalam hutan.
Saat itu sang raja tidak memberitahu kalau Nagesvara adalah seekor ular.
Surasena memiliki menteri yang cukup tua. Menterinya ini memberitahukan bahwa ada seorang raja bernama Vijaya yang memerintah di Negara bagian timur dari kerajaan Surasena. Raja Vijaya memiliki delapan orang putra dan seorang putri. Namun putri itu adalah Bhogavati dan dia sangat cantik. Ia mungkin adalah pasangan yang tepat bagi Nagesvara.
Menteri tua itu kemudian dikirim sebagai utusan untuk Vijaya dan raja menyetujui perjodohan itu. Ada sesuatu adat diantara kaum ksatria bahwa pengantin wanita tidak perlu dikawinkan secara berhadap-hadapan dengan pengantin pria. Dia juga bisa dikawikan (sebagai tanda setuju) dengan sebuah tanda dari pihak laki-laki berupa pedang atau apa saja milik laki-laki itu. Menteri kemudian menjelaskan pada raja Vijaya bahwa ada beberapa alasan yang tidak memungkinkan pangeran Nagesvara yang diwakili oleh pedangnya. Vijaya menyetujuinya dan perkawinanpun dilaksanakan. Seluruh rombongan itu kemudian kembali ke kota Pratisthana.
Tapi setelah upacara perkawinan itu selesai dilakukan apa yang harus dilakukan? Itulah yang ada di benak kita. Namun ibu dari Nagesvara segera mengutus seorang pelayan untuk memberitahu Bhogavati bahwa suaminya sebenarnya adalah seekor ular dan dia harus memperhatikan reaksi Bhogavati. Kemudian pelayan itu memberitahu Bhogavati ,” Suami anda adalah seorang dewa, namun beliau berwujud seekor ular.” Itu adalah keberuntunganku. Biasanya wanita dikawinkan dengan pria biasa. Mungkin aku telah melakukan banyak kebaikan dimasa lampau hingga kini aku menikah dengan seorang dewa.
Bhogavati kemudian dibawa ke hadapan Nagesvara dan ketika melihat putri Bhogavati ini, tiba-tiba Nagesvara teringat dengan masa lalunya. Dalam kehidupan lampaunya yang lalu, ia adalah seekor ular naga dan menjadi pengawal dewa Siva istrinya pada waktu itu adalah Bhogavati.
Pada suatu kesempatan dewa Siva sedang tetawa melihat lelucon Parvati dan Nagesvara ikut-ikutan tertawa. Ini membuat Siva merasa jengkel lalu mengutuk Nagesvara bahwa ia akan telahir dalam rahim manusia dalam wujud seekor ular. Jika dia pergi dan melakukan pemandian di Gautami Ganga maka masa kutukan  itu akan berakhir. Dan ketika Nagesvara menjelaskan hal itu, tiba-tiba Bhogavati juga teringat akan kehidupan lampaunya. Maka keduanya pergi dan melakukan pemandian disana hingga Nagesvara kembali mendapatkan wujud yang tampan dan ilahi. Nagesvara dan Bhogavati meninggal, maka mereka kembali ke puncak Kailasa untuk tinggal bersama Siva
Di pinggir sungai Gautami Ganga, Nagesvara dan Bhogavati membangun sebuah kuil untuk Siva,. Ini adalah tirtha atau tempat suci yang terkenal bernama Nagatirtha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  JARASANDHA Kamsa menikah dengan dua putrid Jarasandha. Anak-anak perempuan Jarasandha ini adalah Asti dan Prapti. Mendengar bahwa Krishn...