Ada sebuah kota
yang bernama Pratisthana. Seorang raja bernama Surasena memerintah di sana.
Surasena tidak memiliki seorang anakpun. Setelah berusaha keras maka lahirlah
seorang anaknya. Namun anaknya itu berupa seekor ular. Raja dan permaisurinya merana oleh
peristiwa ini. Namun mereka membesarkan anak itu dengan penuh kasih sayang.
Tidak seorangpun tahu kalau pangeran itu adalah seekor ular.
Ketika
perlahan-lahan pangeran itu tumbuh membesar, ia mulai berbicara seperti
manusia, meskipun ia adalah seekor ular. Surasena kemudian menyiapkan
pendidikan untuk putranya. Setelah pangeran itu menjadi terpelajar dalam
pengetahuan Veda maka ia memberitahu ayahandanya.” Ayah, sudah waktunya aku
menikah. Jika aku tidak punya keturunan maka aku pasti akan masuk neraka.”
Raja Surasena
sangat terkejut mendengar kata-katanya itu.” Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Putri mana yang setuju untuk menikah dengan seekor ular?”
“Aku tidak
peduli dengan hal itu. Yang aku tahu bahwa bila aku tidak menikah maka aku akan
lebih baik bunuh diri. Ada banyak jenis perkawinan yang disahkan. Mungkin saja
putri itu di culik lalu dinikahkan denganku.
Surasena
kemudian memanggil para menterinya dan memberitahu mereka,” Putraku Nagesvara
kini telah cukup dewasa. Ia juga telah pantas untuk menaiki tahta kerajaan.
Tidak ada yang menyamainya dalam hal kehebatan di dunia ini, di surga ataupun
alam bawah. Aku telah semakin tua. Tolong siapkanlah perkawinannya. Lalu aku
akan meningggalkan kerajaan ini dan pergi beristirahat di dalam hutan.
Saat itu sang
raja tidak memberitahu kalau Nagesvara adalah seekor ular.
Surasena
memiliki menteri yang cukup tua. Menterinya ini memberitahukan bahwa ada
seorang raja bernama Vijaya yang memerintah di Negara bagian timur dari
kerajaan Surasena. Raja Vijaya memiliki delapan orang putra dan seorang putri.
Namun putri itu adalah Bhogavati dan dia sangat cantik. Ia mungkin adalah
pasangan yang tepat bagi Nagesvara.
Menteri tua itu
kemudian dikirim sebagai utusan untuk Vijaya dan raja menyetujui perjodohan
itu. Ada sesuatu adat diantara kaum ksatria bahwa pengantin wanita tidak perlu
dikawinkan secara berhadap-hadapan dengan pengantin pria. Dia juga bisa
dikawikan (sebagai tanda setuju) dengan sebuah tanda dari pihak laki-laki
berupa pedang atau apa saja milik laki-laki itu. Menteri kemudian menjelaskan
pada raja Vijaya bahwa ada beberapa alasan yang tidak memungkinkan pangeran
Nagesvara yang diwakili oleh pedangnya. Vijaya menyetujuinya dan perkawinanpun
dilaksanakan. Seluruh rombongan itu kemudian kembali ke kota Pratisthana.
Tapi setelah
upacara perkawinan itu selesai dilakukan apa yang harus dilakukan? Itulah yang
ada di benak kita. Namun ibu dari Nagesvara segera mengutus seorang pelayan
untuk memberitahu Bhogavati bahwa suaminya sebenarnya adalah seekor ular dan
dia harus memperhatikan reaksi Bhogavati. Kemudian pelayan itu memberitahu
Bhogavati ,” Suami anda adalah seorang dewa, namun beliau berwujud seekor
ular.” Itu adalah keberuntunganku. Biasanya wanita dikawinkan dengan pria
biasa. Mungkin aku telah melakukan banyak kebaikan dimasa lampau hingga kini
aku menikah dengan seorang dewa.
Bhogavati kemudian
dibawa ke hadapan Nagesvara dan ketika melihat putri Bhogavati ini, tiba-tiba
Nagesvara teringat dengan masa lalunya. Dalam kehidupan lampaunya yang lalu, ia
adalah seekor ular naga dan menjadi pengawal dewa Siva istrinya pada waktu itu
adalah Bhogavati.
Pada suatu
kesempatan dewa Siva sedang tetawa melihat lelucon Parvati dan Nagesvara
ikut-ikutan tertawa. Ini membuat Siva merasa jengkel lalu mengutuk Nagesvara
bahwa ia akan telahir dalam rahim manusia dalam wujud seekor ular. Jika dia
pergi dan melakukan pemandian di Gautami Ganga maka masa kutukan itu akan berakhir. Dan ketika Nagesvara
menjelaskan hal itu, tiba-tiba Bhogavati juga teringat akan kehidupan
lampaunya. Maka keduanya pergi dan melakukan pemandian disana hingga Nagesvara
kembali mendapatkan wujud yang tampan dan ilahi. Nagesvara dan Bhogavati
meninggal, maka mereka kembali ke puncak Kailasa untuk tinggal bersama Siva
Di pinggir
sungai Gautami Ganga, Nagesvara dan Bhogavati membangun sebuah kuil untuk
Siva,. Ini adalah tirtha atau tempat suci yang terkenal bernama Nagatirtha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar